Saya selalu senang jika mendapat tugas di Yogyakarta. Itu artinya, saya bisa mampir untuk menengok orangtua sembari berwisata kuliner. Sebagai orang yang lahir dan besar di Yogyakarta, saya punya banyak kenangan dengan banyak rumah makan di tempat ini.
6 hari mengelilingi kraton membuat saya teringat masa kecil. Dulu orangtua saya kadang mengajak ke kraton tiap ada acara besar. Waktu kecil, kakek juga sering membacakan cerita-cerita wayang. Pertunjukan wayang, latihan tari, dan ruangan-ruangan di kraton mengingatkan saya pada masa itu. Saya melihat gamelan Kyai Guntur Madu dan Nogo Wiloto ditaruh di bangsal. Saya jadi kangen mendengarkan kedua gamelan tersebut saat peringatan sekaten. Musiknya pelan dan sakral. Saya juga suka berjalan-jalan di bangunan tua kraton yang memiliki perpaduan arsitektur hindis dan jawa dengan sudut-sudut dan perabotan cantik. Termasuk didalamnya, tegel-tegel kunci warna-warni yang menghiasi banyak ruangannya. Suatu saat nanti, saya ingin membangun rumah di Yogya dengan tegel ini di interiornya.
Kali ini, saya bertugas membuat film dokumenter untuk
program “Melihat Indonesia”, Metro TV. Kali ini, temanya tentang abdi dalem. Di
Kraton Yogyakarta, ada seorang anak berumur 9 tahun bernama Rizki Kuncoro
Manik. Wajahnya sejak berumur dua tahun kerap menghiasi media massa lokal. Rizki
dikenal sebagai cucu seorang abdi dalem bernama Mbah Suyat. Bocah ini selalu
mengikuti Mbah Suyat ketika bekerja atau datang ke acara-acara Kraton. Karena
seorang anak kecil dengan busana tradisional jawa itu terlihat lucu, media
kerap meliputnya. Berapa televisi lokal juga pernah membuat profilnya. Padahal,
Rizki sendiri bukan abdi dalem. Untuk menjadi abdi dalem, orang harus melalui
acara pawiyatan—semacam kuliah yang ditutup dengan wisuda. Dan, Rizki belum
cukup umur untuk itu.
Karena saya tidak mau mengikuti media massa lain membuat sosok Rizki menjadi pahlawan, saya mengubah alur ceritanya. Saya lebih banyak mengambil tentang mbah Suyat. Kakek tersebut sudah 40 tahun mengabdi di kraton Yogyakarta. Ia selalu mangajak anak-anaknya ke kraton agar tahu sopan santun dan bisa dekat dengan kerabat raja Yogyakarta. Termasuk Rizki yang sejak umur 5 bulan ia asuh dan perlakukan sebagai anak. Saya lebih banyak mengambil peristiwa tentang hubungan bapak dan anak. Bagaimana Mbah Suyat mengenalkan nilai-nilai dan budaya Jawa kepada Rizki. Untuk menceritakan tentang filosofi pengabdian terhadap budaya, saya memasukkan tokoh-tokoh lain. Kraton Yogyakarta merupakan museum hidup yang berisi budaya Jawa. Di sana ada lebih dari 4.000 orang mengabdi untuk melestarikan budaya Jawa. Film ini bisa ditonton di acara Melihat Indonesia, Metro TV. Pada hari Jumat tanggal 5 Mei pk 22.30.
Di sela-sela syuting, saya mampir sebentar di Tamanan. Lokasi
ini letaknya agak tersembunyi dari lalu lalang turis. Di dekat para abdi dalem memarkirkan
kendaraannya. Di sana ada tiga orang abdi dalem sedang membatik. Mereka juga
menjual batik-batik dengan motif tradisional Kraton Yogyakarta. Sebagian besar
berwarna hitam dan coklat soga. Ada motif sekar jagat, katsuba, sido mukti,
sampai nitik. Masing-masing kain memiliki makna yang berbeda dan
dipergunakan di acara yang berbeda. Penamaan motif kain itu seperti doa. Sido Mukti misalnya.Kain tersebut merupakan harapan jika pemakainya akan menjadi orang yang mulia. Kebanyakan kain jenis ini dipakai oleh pengantin. Selembar kain dipatok dengan harga
berkisar antara 600 hingga 1.250.000. Saya sudah mupeng berat melihat beberapa
jenis kain dengan gambar halus. Saya batal membelinya karena saat saya
memberi kode ingin mengambil sebuah, suami saya menggeleng tanda jangan sekarang.
Lain kali saya akan membeli satu. Atau mungkin memesan sebuah kain dengan motif
udan liris yang memang ingin saya miliki sejak dulu.
Ada di seputaran Kraton, saya mampir ke dua rumah makan yang
menjadi langganan. Yang pertama sebuah warung sederhana di dalam Pasar Ngasem.
Saya suka makan bobor—sayur dengan santan manis—di sini. Sayang ternyata mereka
kini hanya menyajikan bobor daun kelor setiap hari sabtu. Akhirnya saya memilih
makan rawon. Di sini ada gudeg basah, sayur tahu yang dimasak dengan rasa
rumahan. Enak dan manis. Percaya tidak, kami bertiga hanya menghabiskan kurang
dari lima puluh ribu rupiah.
Warung makan kedua yang saya datangi adalah Handayani di
dekat Alun-alun Kidul. Warung makan ini terkenal dengan brongkos dan es campurnya.
Karena saya sedang ingin makanan hangat, saya memesan soto. Tidak lupa juga
memesan es campur. Enak sekali. Campuran sirup warna pink, susu, dan tapenya punya rasa
manis jadul.
Selain di kedua tempat tadi, saya sempat makan malam di
Monggo Resto. Rumah makan baru ini letaknya di Jalan Perumnas Mundu, Catur
Tunggal Sleman. Rumah makan ini letaknya di belakang Ambarukmo Plaza. Saya Makan di sana atas rekomendasi adik. Agak
kaget juga waktu melihat menunya. Untuk ukuran Yogyakarta, makan di restoran
ukurannya sangat murah. Menu unik di tempat ini adalah sebotol bir jawa. Minuman
ini bisa dikonsumsi seorang muslim karena minuman tersebut tidak mengandung alkohol.
Isinya rempah-rempah. Enak untuk menghangatkan perut bagi yang sedang flu.
Harga sebotonya hanya 9.000 rupiah. Saya hanya menghabiskan 48.000 rupiah untuk
porsi dua orang. Harga itu untuk apem mewah—pancake dengan es krim, ayam lada
hitam yang enak, tahu kribo, dan sayap gemes.
Karena saya datang ke tepat ini untuk bekerja, saya harus
menginap di tempat yang nyaman. Saya agak picky kalau soal tidur. Saya tidak
mau fokus saya terganggu karena kurang tidur. Saya pernah menginap di sebuah
hotel gara-gara lokasinya strategis dan harganya murah. Ternyata, hotel hanya
bagus di luarnya saja. Di beberapa tempat ada plafon bocor dan shower serta
toiletnya rusak. Saya juga sempat tidak bisa tidur karena suasananya horor.
Untung saja di Yogyakarta ada banyak pilihan di website Airy Rooms. Selain harganya terjangkau, mereka memberi jaminan bangunan yang bersih dengan AC, wifi, tempat tidur nyaman, dan shower air hangat. Cara pembayarannya pun bisa melalui transfer atau kartu kredit.
Saya bisa mengecek dan melihat-lihat beragam hotel murah di Jogja dari aplikasi Airy Rooms, baik di Android maupun iOS. Lalu, saat ini sedang ada promo lebaran di Airy Rooms.
Yuk manfaatkan kalau mau pulang kampung tanpa ribet. Promo tersebut berlaku hingga 30 April 2017. Info lebih lanjut bisa dilihat di halaman promo Airy Rooms.
Untung saja di Yogyakarta ada banyak pilihan di website Airy Rooms. Selain harganya terjangkau, mereka memberi jaminan bangunan yang bersih dengan AC, wifi, tempat tidur nyaman, dan shower air hangat. Cara pembayarannya pun bisa melalui transfer atau kartu kredit.
Saya bisa mengecek dan melihat-lihat beragam hotel murah di Jogja dari aplikasi Airy Rooms, baik di Android maupun iOS. Lalu, saat ini sedang ada promo lebaran di Airy Rooms.
Yuk manfaatkan kalau mau pulang kampung tanpa ribet. Promo tersebut berlaku hingga 30 April 2017. Info lebih lanjut bisa dilihat di halaman promo Airy Rooms.
Pasar ngasem, aku selalu suka menyepi disana mbak ketika banyak yang ke tamansari, keraton atopun alkid. Seuka aja suasananya. Pdhl dket sm tempat2 itu, tapi seakan sepi dari hiruk pikuk wisatawan hehe.
BalasHapusAku pernah denger sih tentang abdi dalem cilik ini, eh belum jadi abdi dalem ya. Mungkin terlalu lebay sih ya di ekspos media, padahal belum resmi jadi abdi dalem.
wogh mbaknya ini kerja di metro tv? kayaknya seru nih liputannya. Tayang 5 mei ya? NONTON AH!
BalasHapusbagian apa sih mbak di metro tv, reporter kah?
BalasHapusenak ya, liputannya sambil jalan-jalan hehe
penasaran sama cerita abdi dalem keraton-nya
Penasaran banget pgn nonton yg abdi dalem. Banyak dgr cerita ttg keikhlasan mereka mengabdi :) .. Salut ada orang2 seperti mereka ini..
BalasHapusBtw, wisata di jogjanya bikin ikutan ngiler mba... Baca kuliner2nya... Di jogja memang murah2 bgt yaa... Itu yg bikin aku g prnh bosen ke sana :)
Asik ya Mba kerja sambil jalan-jalan :D
BalasHapusBikin film dokumenter, hmmm jadi inget waktu bikin tugas semeter lalu :')
Dekat ga' sih mbak kalo saya dari lamongan?, soalnya kota diluar Borneo, cuma lamongan dan cirebon yang bisa saya kunjungi (untuk saat ini)
BalasHapusDr dulu selalh suka dg suasana dan cerita keraton. Entah mengapa jadi bangga sendiri sama budaya dan ciri khas jogja itu sendiri.
BalasHapusTentu pengalaman luar biasa menjadi seperti rizki karena bisa mengenal kehidupan keraton dr dekat :)
Ketika ke kraton, aku selalu menyempatkan diri untuk ngobrol atau sekedar menyapa para abdi dalem. Mereka sering bercerita ttg budaya jawa dan etika ketika berada di kraton atau masyarakat.
BalasHapusntar cari filmnya di youtube aah :D
Belum pernah saya ke kraton, gimana rasanya sensasinya ya.. apalagi sambil kerja, ga perlu ngeluarin biaya hehe
BalasHapusSelalu kalo baca postingan ttg yogyakarta, aku makin semangat pengen ke kota istimewa itu.. Dan selalu minta doa ke penulisnya hehe :D
BalasHapusbtw acara di TV udah lewat yaak, padahal kl dapat kesempatan pengen nnton :)
Beruntung banget kerjanya mba bisa ketemu sama orang orang spesial sekalian jalan-jalan
BalasHapusPekerjaan yang menyenangkan ya, Teh. Asik, suasana keraton ini bikin kangen. Selama di Yogyakarta sering sekali lewat gowes dan di sekitarnya aja, kalau masuk jarang-jarang. Kalau keseringan juga bisa bosan nantinya..hehe
BalasHapusSukses terus ya, Teh. Semoga terus bisa berbagi dan menginspirasi lewat kotak permen ini :)
wah senangnya
BalasHapusaku mungkin nggk ya?
Baca ceritanya jadi ingin merasakannya
selamat pagi
Riskii Pak Suyat <3. Ada link videonya nggaa? Kayaknya udah kelewatan waktu tayang deh. Mau liaat.
BalasHapusAku yang di Jogja aja selalu kangen Jogja (lhoh, gmn sih ini?) haha
Murah-murah makanannya.
BalasHapusKapan ya bisa ke Jogja?
Biar bisa melihat langsung keraton dan kulinernya.
wah kemarin saya juga dari daerah kraton mbak....tapi di Taman Sari'nya :D memang Jogja punya banyak tempat-tempat wisata sejarah yang patut dikunjungi.....
BalasHapus