Saat mendapat tawaran untuk datang ke Polewali Mandar, saya sempat kebingungan mencari transportasi menuju tempat tersebut. Awalnya, saya dan suami ingin turun di Makassar dan menyewa mobil menuju ke Polewali Madar. Perjalanan ini membutuhkan waktu sekitar 7 jam. Sayangnya, kami sudah terlanjur dibelikan tiket menuju Mamuju. Saya kemudian menelpon penyewaan mobil yang nomernya saya dapat lewat google. Saya sempat kaget karena empat penyewaan mobil yang saya hubungi rata-rata menyebut angka diatas satu juta untuk rute Mamuju—Polewali Mandar. Kami kemudian memutuskan menggunakan mobil dari Bandara Mamuju. Dan, di sana kami “hanya” kena biaya Rp. 750.000 untuk sekali jalan. Harga tersebut sudah termasuk bensin.
Jumat, 15 Desember 2017
Senin, 04 Desember 2017
Perjalanan menuju Jantung Kalimantan
Saat berada di Polewali Mandar, saya mendapat pesan dari Aliansi Organis Indonesia. Mereka meminta saya dan suami membuat video kegiatan sebuah program di pedalaman Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Saya langsung tertarik karena lokasinya ada di Jantung Kalimantan. Di desa-desa yang terletak di bentang pegunungan Muller dan Schwaner. Salah satu hutan hujan tertua di bumi yang sejak bertahun-tahun lalu ingin saya kunjungi.
Jumat, 24 November 2017
Hallo dari Danau Toba
Pertama kali waktu melihat Danau Toba dari kejauhan, saya merasa takjub. Senang rasanya bisa datang langsung ke tempat yang sejak dulu hanya saya baca atau lihat fotonya. Kesempatan singgah ke Danau Toba ini saya dapat waktu mengikuti suami bekerja di Sumatera Utara. Ia harus mengambil video beberapa narasumber di Kabupaten Simalungun. Karena kabupaten ini merupakan salah satu dari 7 kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, rugi dong kalau tidak jalan-jalan.
Labels:
danau toba
,
hotel
,
pelangi
,
rental mobil
,
rumah adat
,
sumatera
,
sumatera utara
,
travel
Selasa, 24 Oktober 2017
Sebuah Tempat Pulang Bernama Yogyakarta
Kalau sedang bosan dengan Jakarta atau baru saja menyelesaikan pekerjaan yang menyita banyak tenaga, saya meliburkan diri. Rutenya selalu Yogyakarta. Yang pertama, karena orangtua saya tinggal di sana. Sebisa mungkin saya menyempatkan diri untuk menengok mereka. Lalu, di kota ini saya memiliki banyak tempat bermain.
Selasa, 10 Oktober 2017
Rumah Ketiga bernama Café Tantular

Awalnya saya sempat tidak menyangka kalau di tengah perumahan Taman Kedoya Baru, Jakarta Barat ada sebuah cafe. Tantular namanya. Saya sempat heran. Benarkah yang nama Tantular ini merujuk pada Empu dari Kerajaan Majapahit yang menulis kitab Sutasoma? Saya baru tahu setelah mendengar penuturan pemiliknya. Mereka memang sengaja mengambil nama tersebut karena kagum dengan filosofi Bhineka Tunggal Ika yang melambangkan keberagaman Indonesia. Bahkan, logo mereka terinspirasi dari kepala garuda.
Labels:
cafe
,
jakarta barat
,
Kopi
,
Kuliner
,
restoran
,
seni
,
tempat arisan
,
tempat makan
Kamis, 17 Agustus 2017
Nasionalisme lewat sepatu
Beberapa tahun ini, saya mulai membiasakan membeli barang kerajinan tangan. Saya suka karena tiap barang unik. Barang tersebut tidak bisa diproduksi masal karena dibuat satu per satu dengan tenaga kerja manusia. Sebagai pemakai, saya merasa senang karena produk tersebut tidak pasaran. Selain itu, membeli produk kerajinan tangan buatan Indonesia berarti memberi pemasukan pada pembuatnya. Semakin banyak kita memakai produk kerajinan tangan buatan Indonesia, sama dengan membuka lapangan pekerjaan.
Senin, 07 Agustus 2017
Berkenalan dengan Tanah Ombak di Padang
Waktu Melati Taman Baca menawari saya untuk ikut program magang literasi di Kota Padang, saya langsung bilang iya tanpa pikir panjang. Di bayangan saya, seru bisa tinggal di rumah penduduk sekaligus bertemu pegiat literasi lain. Saya juga bisa belajar bagaimana mengajak masyarakat menyukai buku. Lokasi magang kami di Tanah Ombak, sebuah taman baca yang beralamat di Jalan Purus 3 no 30, Kota Padang. Awalnya saya agak kaget waktu sampai di sana. Taman bacanya terletak di ujung gang sempit. Dalam bayangan saya, sebuah tempat yang dipilih sebuah direktorat di Kementrian menjadi lokasi magang pasti punya fasilitas lebih. Tanah Ombak “hanya” sebuah rumah dengan atap seng dan tembok sederhana. Saya baru mendapat jawaban dalam beberapa hari kemudian. Ruangan luas penuh rak buku tersebut unik karena punya banyak kegiatan.
Jumat, 21 Juli 2017
Alasan Memilih Laptop Mac Book
Sebagai penulis dan pembuat film dokumenter, alat kerja paling penting yang saya gunakan adalah laptop. Benda ini sudah seperti separuh otak saya. Semua data penting mulai dari foto-foto tempat-tempat yang pernah saya kunjungi, dokumentasi pekerjaan, hingga rencana mendatang ada di sini. Saya bahkan tidak pernah pergi keluar kota tanpa membawa laptop.
Minggu, 16 Juli 2017
Cerita dari Masjid Kuno dan Kerajaan Kera, Banyumas
Karena mertua sakit, kami memutuskan pulang seminggu ke Banyumas untuk menengoknya. Kami memanfaa waktu untuk mengelilingi sungai, pasar, dan hutan yang ada di seputar Banyumas. Tempat yang pertama saya kunjungi adalah Masjid Soko Tunggal Cikakak. Katanya, masjid ini adalah masjid tua yang sering didatangi peziarah. Ada yang sekadar sembahyang, meminta berkah, sampai mencari pesugihan. Masjid ini letaknya di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas. Sekitar satu kilometer dari Jalan Raya Ajibarang-Wangon.
Jumat, 16 Juni 2017
Kantor Kecil di Pojok Rumah
Sewaktu masih bekerja untuk sebuah jaringan LSM, saya bermimpi punya kantor di rumah dan sesekali terbang ke pelosok Indonesia. Awalnya, hal tersebut terkabul secara tidak sengaja. Menikah dan pindah ke Jakarta memaksa saya berganti pekerjaan. Saya yang awalnya menulis dan mengerjakan video sebagai hobi, mengubahnya mencari alat mencari nafkah.
Tinggal di Jakarta dengan status baru ternyata membutuhkan banyak biaya. Tabungan saya kemudian berkurang dengan cepat. Hal tersebut memaksa saya dan suami mencari usaha yang bisa dilakukan dari rumah. Tekad ini menguat karena saya tidak mau menghabiskan waktu untuk bekerja dan menua di jalan. Saya masih ingin punya energi untuk mengerjakan hal-hal menyenangkan seperti proyek sosial, membaca, mengunjungi berbagai wilayah di Indonesia, dan bermain.
Kamis, 18 Mei 2017
Warna yang Menyemarakkan Duniamu
Saya punya tempat bermain baru namanya Buka Buku. Ruang baca yang beralamat di Ruko Puri Sentra Niaga Blok A3, Kalimalang ini punya banyak koleksi buku keren. Ruangannya juga luas dan berwarna-warni. Membuat orang betah duduk-duduk sambil membaca atau bermain di sana. Sebelumnya, ruko tersebut bercat putih dan terlihat suram. Ruang baca itu terlihat lebih hidup setelah Mbak Nunu, pemiliknya, mengubah interiornya dengan rak-rak dan mengecat ulang tembok, jendela, dan pintu-pintunya.
Sabtu, 29 April 2017
Bekerja Sambil Menikmati Liburan di Kraton Yogyakarta
Saya selalu senang jika mendapat tugas di Yogyakarta. Itu artinya, saya bisa mampir untuk menengok orangtua sembari berwisata kuliner. Sebagai orang yang lahir dan besar di Yogyakarta, saya punya banyak kenangan dengan banyak rumah makan di tempat ini.
6 hari mengelilingi kraton membuat saya teringat masa kecil. Dulu orangtua saya kadang mengajak ke kraton tiap ada acara besar. Waktu kecil, kakek juga sering membacakan cerita-cerita wayang. Pertunjukan wayang, latihan tari, dan ruangan-ruangan di kraton mengingatkan saya pada masa itu. Saya melihat gamelan Kyai Guntur Madu dan Nogo Wiloto ditaruh di bangsal. Saya jadi kangen mendengarkan kedua gamelan tersebut saat peringatan sekaten. Musiknya pelan dan sakral. Saya juga suka berjalan-jalan di bangunan tua kraton yang memiliki perpaduan arsitektur hindis dan jawa dengan sudut-sudut dan perabotan cantik. Termasuk didalamnya, tegel-tegel kunci warna-warni yang menghiasi banyak ruangannya. Suatu saat nanti, saya ingin membangun rumah di Yogya dengan tegel ini di interiornya.
Minggu, 09 April 2017
Saat Foto Bercerita tentang Bali di Uma Seminyak
Konon katanya, segala sesuatu itu akan terlupakan jika tidak direkam. Hal tersebut yang dilakukan oleh 7 orang pencerita di pameran foto UNSPOKEN. Kegiatan yang berlangsung di Uma Seminyak, Bali tersebut merupakan bagian dari program “Saya Bercerita”. Vifick—seorang fotografer yang tinggal di Bali—mengajak peserta pameran untuk menggunakan fotografi sebagai medium bercerita.
Kamis, 30 Maret 2017
Mencari Ondel-ondel di Belantara Jakarta
Tiap sore, jalan depan tempat tinggal saya dilewati rombongan ondel-ondel. Biasanya, satu grup terdiri atas 4 orang. Pemakai boneka ondel-ondel, pendorong gerobak musik, dan dua orang yang mengumpulkan uang receh sebagai pemakai boneka pengganti.
Awalnya, saya pikir kelompok ondel-ondel itu berasal dari daerah seputar Pasar Minggu. Sampai saya dan Gugun datang ke Kampung Kramat Pulo untuk membuat film tentang Ondel-ondel. Separuh penduduk kampung tersebut hidup dari mengamen ondel-ondel. Siang hari, para pengamen ini bertebaran di seputaran Jakarta. Pertama tiba di tempat tersebut saya melihat belasan ondel-ondel berjajar di pinggir jalan dan gang-gang sempit. Kesan pertama saya, ondel-ondel tadi kotor. Berbeda dengan ondel-ondel yang dipajang di pertokoan atau perkantoran setiap ada acara.
Jumat, 03 Maret 2017
Al Munnawar, Kampung Arab Penuh Warna di Palembang
Saat pertama kali datang ke Kampung Al Munnawar, saya tertarik dengan pintu-pintu besar dan jendelanya yang berwarna-warni. Beda sekali dengan foto-foto rumah-rumah kusam yang pernah saya lihat sebelumnya di beberapa blog. Saya baru tahu kalau pemerintah Propinsi Sumatera Selatan baru saja membenahi Kampung Al Munnawar. Hasilnya adalah kampung dengan lorong-lorong bersih yang nyaman untuk berjalan kaki. Tempat yang terletak di kawasan 13 Ulu ini rencananya akan menjadi salah satu tujuan wisata religi di Palembang.
Rabu, 15 Februari 2017
Merahnya Festival Imlek Indonesia di Palembang
Palembang merupakan salah satu kota perdagangan yang ada sejak jaman Sriwijaya. Kapal-kapal pedagang dari banyak daerah datangan untuk berniaga di daerah ini. Beberapa bahkan menetap dan mewarnai budaya di Kota Palembang. Salah satunya, para pendatang dari negeri Tionghoa. Mereka berbaur dan memberi banyak peninggalan di Kota Palembang. Salah satunya perayaan Imlek.
Selasa, 07 Februari 2017
Glamping Seru di Trizara Resort, Lembang
Saya paling suka liburan di tempat-tempat yang banyak pepohonan hijau dan udaranya masih bersih. Termasuk daerah Lembang, Bandung. Tempat ini sejuk, punya banyak tujuan wisata, dan di sepanjang jalan kita bisa cuci mata melihat para penjual bunga. Beberapa waktu lalu, saya berlibur di sana dan menginap di Trizara Resort, Lembang. Di tempat ini, tamu kemping di tenda tapi dengan fasilitas ala hotel berbintang. Istilah kerennya sih, glamping. Sebelumnya, saya tertarik menginap di Trizara Resort gara-gara melihat foto-foto di akun instagram mereka. Kelihatannya menyenangkan.
Senin, 30 Januari 2017
Glodok: Wisata Imlek dan Doa-doa Keberuntungan di Awal Tahun
Jika ingin melihat akulturasi budaya Tionghoa di Indonesia, datanglah ke Glodok. Pecinan terluas di Jakarta ini banyak dihuni oleh para pedagang keturunan Tionghoa. Mereka membawa tradisi dari Negeri Tiongkok termasuk perayaan menyambut musim semi yang dikenal dengan nama Imlek.
Mumpung libur, saya ditemani suami dan seorang teman berniat mengelilingi Petak Sembilan pada tanggal 1 Imlek. Kami sengaja menggunakan kereta api agar leluasa berjalan kaki mengelilingi Pecinan. Sebagian toko di Glodok tutup. Sepertinya, pemiliknya yang keturunan Tionghoa memilih untuk merayakan Imlek bersama keluarganya. Beberapa teman keturunan Tionghoa yang saya hubungi bercerita Imlek merupakan saat berkumpul dengan keluarga. Teman-teman saya, melakukan makan malam bersama keluarga besarnya sehari sebelum imlek. Mereka percaya jika keluarga yang berkumpul akan terlindungi dari marabahaya. Beberapa melanjutkan dengan sembahyang di kelenteng.
Senin, 02 Januari 2017
Dongeng Ala “Gadis Penenun Mimpi dan Pria yang Melipat Kertas Terbang”
![]() |
Konon katanya, pada suatu tidur, kau bisa sampai ke suatu
tempat yang disebut Ujung Pelangi. Di sana ada seorang gadis dengan wajah
tertutup cadar yang akan menenunkan Mimpi untukmu.
Kalimat tersebut merupakan cuplikan dari dongeng yang baru
saja saya baca. Saya tertarik membacanya karena menyukai judulnya: “Gadis Penenun Mimpi dan Pria yang Melipat
Kertas Terbang.” Novel karya Gina Gabrielle tersebut bercerita tentang Dunia
Mimpi yang terancam hancur. Gadis penjaganya mulai kewalahan menenunkan
mimpi untuk orang-orang. Ada lebih banyak orang yang kehilangan harapan daripada persediaan
benang miliknya.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)