Jumat, 19 Agustus 2016

Suatu Hari Berkeliling Bandar Lampung


Horee… jalan-jalan lagi. Kali ini tujuannya Lampung. Saya dan suami berada di sini untuk mendokumentasikan proses pemuatan film finalis Eagle Award-nya Metro TV. Karena naik pesawat pertama. berangkatlah kami pagi buta dari Pasar Minggu. Kami berangkat dari Terminal 3 yang baru jadi. Di sana, kami benar-benar jalan-jalan. Karena jarak antara tempat check in dengan Gate 16 tempat lebih dari 300 meter.

Di pesawat, hal pertama yang saya cari adalah layar televisi pesawat. Film saya sedang ditayangkan di sana. Jadi pegen lihat film sendiri :D Film itu bercerita tentang seorang koreaografer tari yang mendapat banyak penghargan. Ia punya banyak karya karena jatuh cinta pada dunia tari. Juga mendapat dukungan penuh dari orangtuanya yang seniman. Kalau ingin menonton film ini: cari di bagian dokumenter televisi. Judul filmnya: Langkah Tari Sang Bathara.

Kami menginap di Hotel De Green yang terletak di Jalan Jendral Suprapto. Hotelnya masih baru, jadi bersih. Kita juga dapat promo.   Kamar ber-ac dengan harga RRp.350.000 per malam didiskon jadi Rp. 280.500.  Meski di tengah kota, hotel ini berusaha memberi nuansa hijau. Mereka menambahkan unsur tanaman hidup di ruang makan hotel dan tembok-tembok bangunan.



Hotel ini terletak di pusat kota. Mau ke mana-mana dekat. Kita tinggal jalan kaki ke pusat perbelanjaan. Saya saja sampai heran, ada 2 mall dan satu pertokoan yang bisa dijangkau dengan jalan kaki dari hotel. Baru tahu kalau Kota lampung penduduknya suka belanja juga. Yang paling menyenangkan adalah, ada beberapa toko penjual kain tapis yang cantik-cantik. Kain khas Lampung ini terbuat dari tenun dengan hiasan benang-benang emas. Sampai ngiler ingin memiliki yang ukuran lebar untuk koleksi. Sayang harganya berkisar di atas angka 3 juta. Nanti ah, sekarang beli kain ukuran selendang dulu.

Kami di sini hanya punya waktu 2 setengah hari untuk mengambil gambar proses pembuatan film. Tim dari Lampung membuat cerita tentang perempuan-perempuan yang mengidap HIV. Mereka bisa bertahan hidup karena didukung oleh keluarga dan komunitas. Salah satu narasumbernya, tahu dirinya memiliki virus HIV sejak 15 tahun lalu. Kondisi tubuhnya masih baik saja karena rutin mengonsumsi obat.


Supaya terlihat bagus saat disyuting, teman-teman Lampung mengajak narasumbernya ke Pantai Sari Ringung. Pantai tadi letaknya sekitar satu jam dari pusat Kota Bandar Lampung. Pasirnya putih dan panjang. Di sana ada banyak perahu nelayan warna-warni bersandar. Sayang kami datang waktu mendung. Jadi nggak terlalu pengen foto-foto.

Pantai Sari Ringgung ini sekarang jadi salah-satu pantai yang banyak dikunjungi wisatawan. Mereka bisa menyewa kapal nelayan untuk berkeliling ke pulau-pulau kecil di sekitarnya. Bisa untuk snorkeling juga. Sayang waktu kami tidak terlalu banyak. Padahal kata seorang teman, terumbu karang di sekitar Pulau Tegal menarik.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar