Bulan ini saya dan Gugun tidak pergi ke bioskop. Kami sedang tertarik untuk menonton di tempat pemutaran lain. Setelah kemarin datang ke Dapur Film dan Kineforum, giliran kami menonton di Kinosaurus. Ini kali pertama kami datang ke tempat pemutaran film yang beralaamat di Jalan Kemang Raya no 8A tersebut. Tempatnya asyik. Di sana, orang bisa milih mau duduk di sofa, bantal besar, atau kursi. Kemarin kami bayar Rp. 50.000 per orang untuk tiketnya. Jadwal pemutaran film mereka bisa dilihat di http://www.kinosaurusjakarta.com
![]() |
Sumber foto: mangoesdocumentary.blogspot.co.id |
Kami datang untuk menonton film Mas Tonny yang berjudul Mangga Golek Matang di Pohon. Sebenarnya, film-film Mas Tonny diputar beberapa kali bulan ini di Kinosaurus. Kami sengaja datang tanggal 25 supaya bisa menonton bersama pembuat filmnya.
Sebelumnya, saya pernah beberapa kali menonton film Mas Tonny. Ia termasuk pembuat film yang konsisten. Tetap membuat film meski tidak ada sponsor. Beberapa filmnya yang saya tonton memiliki pendekatan yang bagus. Narasumber-narasumbernya bisa bercerita dengan sangat personal tentang diri mereka. Menonton film tadi seperti melihat buku harian seseorang.
Mangga Golek Matang di Pohon merupakan lanjutan dari film “Renita-Renita”. Tokohnya seorang waria yang bernama asli Muhammad Zein. Setelah film tersebut menang di berbagai festival, Mas Tony bertanya kepada Renita akan diapakan uang tadi. Reni bercerita kalau ia ingin pulang kampung ke Palu. Menemui orangtuanya setelah kabur selama 15 tahun.
![]() |
Sumber foto: mangoesdocumentary.blogspot.co.id |
Film Mangga Golek dimulai dari kontrakan sempit tempat Renita tinggal. Disana ia dan waria lain bercakap-cakap tentang banyak hal. Mulai dari politik sampai hutang. Cerita kemudian persiapan Reni untuk pulang. Ia ditemani waria lain bernama Sasa.
Selain menjadi sutradara, Mas Tonny juga mengambil gambar dan mengedit sendiri. Film sepanjang 98 menit tersebut baru selesai tahun 2012 padahal gambarnya diambil tahun 2007. Waktu syuting, Mas Tony sama sekali tidak punya bayangan seperti apa nanti penerimaan orang tua Renita. Sejak Reni kabur, mereka hilang kontak. Untuk memunculkan cerita, perjalanan pulang tadi menggunakan kapal laut. Dalam waktu tempuh yang berhari-hari tersebut Renita bisa berinteraksi dengan penumpang lain. Mas Tony dan Reni sengaja mengajak tokoh Sasa supaya cerita terbentuk lewat percakapan bukan wawancara.
Usai menonton, saya bertanya apa yang membuat Mas Tony memutuskan untuk memfilmkan sesuatu meski ia belum memiliki sponsor. Ia menjawab kalau cerita yang ia pilih adalah hal-hal yang menarik baginya. Semua proyek pribadinya selalu diawali dari ada hal yang ia ingin orang lain tahu. Seperti film tentang sistem pertanian yang sedang ia kerjakan. Ia penasaran karena memakan beras enak yang ternyata dipanen sepuluh tahun lalu. Dahulu, penduduk di Loksado membuat benih hingga pupuk sendiri. Setelah mereka menggunakan produk pertanian buatan pabrik, masyarakat sekitar merasa gatal-gatal.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar