Kamis, 14 Januari 2016

Yuk Jadi Relawan di Pesantren Nusantara


Beberapa waktu lalu, saya dan Gugun-- suami saya pergi ke Pesantren Nusantara yang didirikan oleh Pak Munawar. Tadinya, saya mengenal beliau sebagai pengelola Sekolah Rakyat Bogor. Sebuah sekolah gratis untuk anak-anak tidak mampu. Sebagian besar dari 23 lokasi sekolah tersebut ada di gunung atau pelosok yang tidak terjangkau sekolah umum.

Tidak cukup dengan menjalankan Sekolah Rakyat Bogor, Pak Munawar kemudian membuka Pesantren Nusantara. Sekolah Agama yang kami datangi di daerah Beji, Depok merupakan lokasi kedua setelah Pesantren Nusantara yang ada di Caringin, Bogor. Pesantren di Beji ini baru memiliki 19 santri. Maklum, sekolah tadi usianya baru 4 bulan. Murid yang keseluruhannya laki-laki tersebut rata-rata sudah menghafal satu sampai satu setengah juz. Asalnya beragam, mulai dari dari Padang, Bima, dan seputaran Jawa. Kedepannya, pesantren berusaha supaya muridnya kelak datang dari seluruh penjuru Indonesia.

Pesantren Nusantara membiayai operasionalnya dari wakaf. Kebanyakan santrinya berasal dari golongan kurang mampu. Beberapa bahkan mantan anak jalanan. Setelah belajar selama dua tahun, mereka akan kembali ke tempat asalnya untuk mengajar agama. Selain menghapal Al-Quran, santri-santri di sana juga belajar berwirausaha. Harapannya, saat lulus nanti mereka bisa mandiri secara finansial dan menolong orang-orang di sekitarnya. Pesantren Nusantara percaya jika agama harus memiliki sisi sosial. Muslim yang baik harus bisa mengamalkan agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah Nabi Muhammad mengajarkan jika manusia yang baik memiliki banyak manfaat untuk orang lain dan alam semesta? Ada yang tertarik jadi santri?

Karena saya merasa sayang jika sekadar datang, saya mengajak adik-adik di Pesantren Nusantara untuk membuat gambar tempelan dari kertas bekas. Rencananya, hiasan-hiasan ini akan dipasang di majalah dinding yang dikerjakan para santri. Deny, teman saya yang mengelola taman Bacaan Cetar juga ikut bergabung. Ia mengajak para santri membuat kotak pensil dari koran bekas. Deny juga menunjukkan foto-foto kerajinan yang ia buat dan jual. Di sela-sela menggambar, mengelem, dan mewarnai kami ngobrol tentang keseharian mereka. Ternyata beberapa santri tertarik ingin belajar menulis, membuat film, dan ketrampilan lain. Mas Munawar menawarkan kepada kami untuk melakukan kegiatan ini tiap bulan. Sebagai kegiatan selingan diluar mengaji. Ada yang mau bergabung? Hubungi saya di lutfiretno@gmail.com ya?

1 komentar :