Senin, 16 November 2015
Tenun dan Kumpul Blogger di Lombok
Jam 6 kurang, saya sudah menunggu bus damri menuju Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan saya ke Lombok masih pukul 09.05. Saya sengaja berangkat lebih awal supaya tidak terjebak macet. Di Bandara sudah ada Indri dan Adhi. Rencananya kami akan liburan bersama blogger dari daerah lain dalam acara TWGathering2015.
Malam sebelumnya, bandara tutup karena debu Letusan Gunung Barujari membahayakan penerbangan. Kalau nanti tidak bisa terbang ke Lombok, kami berniat mendarat di Bali dan menyewa mobil sampai tujuan. Berhubung kami sama-sama penyuka buku, kami menghabiskan waktu menunggu untuk membahas buku bagus. Kami menyempatkan diri foto bersama sedang membaca buku. Saya langsung memposting foto tadi di media sosial. Ceritanya saya sedang mengkampanyekan bacalah buku di mana saja. Jadi sebisa mungkin berusaha memposting foto buku itu teman perjalanan. Setelah terlambat lebih dari satu jam dari jadwal, akhirnya kami terbang juga.
Di Bandara, kami bertemu Yusuf, blogger dari Bandung yang akan jadi rombongan kami. Menurut jadwal, acara jalan-jalan baru akan dimulai besok. Berhubung hari masih siang, kami merasa rugi hanya berdiam diri di hotel. Kami kemudian memutuskan untuk melihat-lihat pembuatan tenun di Desa Sukarara.
Di desa tersebut ada sebuah showroom kerajinan tenun. Kami langsung disambut puluhan kain warna-warni yang tergantung di luar bangunan. Seorang pemandu menyambut kedatangan kami. Ia menemani kami berkeliling ke rumah para penenun. Sebagian perempuan di sana tiap hari menenun di depan rumah. Penenun pertama yang kami temui usianya baru 9 tahun. Ia membuat kain motif rang-rang. Motif tadi berbentuk jajar genjang warna-warni. Di pedesaan Lombok, seorang anak perempuan belajar menenun sejak kecil. Supaya mereka belajar bersabar. Untuk menghasilkan sebuah kain, ia harus duduk berjam-jam. Hal tersebut diulangi hinga dua sampai empat minggu. Semakin lebar dan rumit motif sebuah kain, membutuhkan waktu semakin lama untuk menyelesaikannya.
Dahulu menenun merupakan pekerjaan sampingan. Seseorang hanya melakukanya di sela-sela bercocok tanam. Sejak turisme datang ke Lombok, penduduk membuat kain-kain ini untuk dijual. Motif-motif buatan mereka kebanyakan berupa tanaman atau benda yang ada di sekitarnya. Seperti gambar nanas, ayam, lumbung padi. Kain dengan motif rumit ini biasanya digunakan pada saat upacara adat. Untuk keperluan sehari-hari, penduduk banyak menggunakan motif sabuk anteng. Motif yang hanya garis-garis tadi biasa dipakai untuk menggendong bayi supaya tertidur. Saat ini banyak dijual dalam bentuk syal. Di beberapa tempat, seorang perempuan menyiapkan kain yang ia pakai untuk menikah. Kain ini kelak akan mereka wariskan ke anak perempuannya.
Mumpung bertemu banyak blogger, kami merumpikan teman-teman lain yang jam terbangnya lebih tinggi. Ada banyak orang iri dengan travel blogger yang dibayar untuk bersenang-senang di suatu daerah. Sayang mereka tidak berpikir untuk bisa mendapatkan hal itu ada banyak pengorbanan dibelakangnya. Ada yang bangun jam 3 pagi untuk menulis atau menyiapkan posting di media sosial. Ada juga yang selalu meninggalkan komentar di puluhan blog sebelum tidur untuk memperkenalkan diri. Orang yang langganan menang lomba pun sebelumnya belajar dan bekerja keras bertahun-tahun untuk punya tulisan atau foto bagus. Ada banyak disiplin lain yang tidak terlihat. Kami sih cukup tahu diri untuk tidak iri karena pengorbanan yang kami lakukan belum sebesar itu.
Menjelang magrib, kami pulang ke hotel untuk mandi. Setelah itu kami makan di Rumah Makan Raja Taliwang di Jalan Sudirman. Pecinta sambal pasti kegirangan mendapat menu yang kami santap. Ada lima macam sambal tersaji. Mulai dari sambal mangga, dua jenis sambal kacang, sambal dari potongan terung yang disebut beberok, dan sambal dengan terung bakar. Saya yang tidak kuat dengan masakan pedas harus hati-hati. Meski demikian, saya tetap manambah nasi. Campuran antara lapar dan enak. Sebelum pulang, saya menyempatkan diri memoto detail restoran. Saya suka bangunan rumah makan ini. Dari bambu dan beratap ilalang. Sebagian ruangannya terbuka. Meja dan kursinya dari kayu tidak difinishing.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Amankan pertamax!
BalasHapusHuaaaa.... Udah nulis aja nih. Aku kehilangan waktu sehari buat seru-seruan bareng kalian... Tapi gakpapa, yang penting tetep hepi bisa kenal ama kalian semua... Mudahan next time kita bisa ketemuan lagi ya :)
BalasHapusItungannya dirimu kehilangan dua hari. Semoga ketemu lagi :)
HapusThanks mbak Lutfi udah ke Lombok..tahun depan ikut lagi ya,,:)
BalasHapusPengennya tahun depan gabung lagi. Bareng suami juga biar ga cuma nulis tapi ada videonya juga
HapusGitu ya. Ngumpul-ngumpul blogger, aku ra dijak! :(
BalasHapusAku baru tahu kalau motif lurus-lurus yang ada di syal itu namanya sabuk anteng. Trims infonya mba :)
BalasHapusOya tentang travel blogger yang sudah melesat jauh... di tw gathering ini aku belajar banyak tentang arti disiplin dan ketekunan. Lewat apa yang terlihat oleh mataku (dicontohkan oleh teman2 blogger) dan lewat cerita yang disampaikan. Memang benar ya, apa yang kita tuai adalah apa yang kita tanam.
Hahaha hosip2 kita ternyata ditulis juga. Kerja keras bertahun2 ditilep sama bloher2 biasa aja yg punya koneksi. Ups. :'(
BalasHapusAku gak nyatet motif rangrang. Mungkin pas dijelasin, lagi sibuk motret jalan sama kandang bebek hehehe :))
Aku nggak diajak, Fi?
BalasHapus